JAKARTA, KOMPAS.com - Harga sejumlah bahan kebutuhan pokok naik. Kenaikan ini relatif tidak bisa dikendalikan pemerintah. Meski Lebaran selalu datang setiap tahun, harga bahan pokok selalu melonjak. Pemerintah diminta menata logistik bahan kebutuhan pokok agar harga tidak menjadi liar seperti saat ini.
Laporan dari sejumlah daerah, Minggu (15/7/2012), menunjukkan, kenaikan harga itu terus terjadi untuk sejumlah komoditas, terutama daging sapi, beras, gula, telur ayam, daging ayam, dan bawang putih.
”Harga daging sapi bukannya naik lagi, tetapi loncat. Baru setengah bulan harganya sudah naik lagi jadi Rp 80.000 per kilogram,” kata Sadam (55), pedagang sapi di Pasar Koja, Jakarta Utara, Minggu. Padahal, biasanya harga daging sapi sekitar Rp 70.000 per kg.
”Satu kilogram sapi dari pemasok itu sekarang isinya lebih banyak tulangnya dibandingkan dagingnya,” katanya.
Adi Ariantara, Kepala Biro Perekonomian DKI Jakarta, mengatakan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan membuat surat kepada pemerintah pusat untuk menambah impor daging. Ia meminta pedagang memberi tahu stok sehingga diketahui kebutuhan sebenarnya.
”Kenaikan harga sekarang ini sudah sangat memberatkan pemilik warung nasi dan pedagang kue jajanan,” ungkap Sumiati, pedagang nasi di Kabupaten Jember, Jawa Timur.
Ahmatun, yang membuka warung nasi pecel Simpang Tiga di Jalan Sungai Ampal, Balikpapan, Kalimantan Timur, juga memilih tidak menaikkan harga meski harga kebutuhan telah naik. ”Pelanggan sudah terbiasa dengan harga lama yang murah di sini. Jangan sampai mereka kaget, lalu pindah warung,” ujarnya.
Ramadhanul Hikmah (38), warga Putussibau, ibu kota Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, khawatir saat Ramadhan nanti harga barang kebutuhan pokok naik lagi karena biasanya juga seperti itu.
Di Kota Semarang, Jawa Tengah, kini harga beras medium Rp 8.100 per kg dari harga beberapa hari sebelumnya Rp 7.600 per kg. Di kota Jember, harga telur ayam saat ini mencapai Rp 19.000 per kg, padahal pada hari biasa harganya Rp 12.000-Rp 13.000 per kg. Sementara harga bawang putih sekitar Rp 14.000 per kg dari sebelumnya sekitar Rp 8.000 per kg.
Kondisi di atas tak beda jauh dari survei Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Survei itu menunjukkan, harga telur ayam naik dari Rp 16.000 menjadi Rp 19.000 per kg, harga gula pasir dari Rp 11.000 per kg jadi Rp 13.000 per kg, dan harga daging ayam dari Rp 26.000 per kg menjadi Rp 28.000 per kg.
Berdasarkan pantauan Kementerian Perdagangan per 10 Juli, harga rata-rata nasional untuk daging sapi tercatat Rp 75.332 per kg, daging ayam Rp 27.081 per kg, telur ayam Rp 18.301 per kg, gula pasir Rp 13.123 per kg, sementara cabai merah keriting Rp 28.387 per kg. Harga barang-barang tersebut naik Rp 1.000-Rp 3.000 per kg dibandingkan dengan harga pada awal Juni lalu.
Stok terjamin
Meski harganya naik, Kementerian Perdagangan menjamin pasokan kebutuhan pokok selama bulan puasa dan Lebaran aman. Kenaikan harga lebih disebabkan lonjakan permintaan yang mencapai 20 persen.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Gunaryo mengatakan, selama bulan puasa konsumsi bahan pokok naik hingga 20 persen. Akibatnya, kenaikan harga tak terelakkan. Meski terjadi kenaikan harga, pemerintah menjamin pasokan bahan pokok hingga Lebaran nanti aman.
Ia mengatakan, untuk menekan laju kenaikan harga bahan pokok, Kementerian Perdagangan telah meminta pemerintah daerah membentuk posko bahan pokok dan mengintensifkan pemantauan harga. Pemerintah juga berencana menggelar pasar murah di sejumlah lokasi.
Pengendalian
Pengamat pertanian Bustanul Arifin mengatakan, mengacu pada teori ekspektasi, ada harapan produsen dan pedagang bahwa menjelang Lebaran harga kebutuhan pokok akan naik karena konsumen akan membeli berapa pun harganya.
”Dua kekuatan yang punya kecenderungan sama berakumulasi, sudah pasti harga naik,” katanya. Meski pasokan cukup sekalipun, kalau terjadi interaksi seperti itu, harga sulit dikendalikan.
Oleh konsumen, seakan-akan pasokan dibuat langka sehingga mereka perlu menyetok barang kebutuhan. Karena yakin harga akan naik dan belanja barang lebih banyak, secara tidak langsung pedagang menyetok. Sayangnya, belum ada lembaga yang mau pasang badan untuk negara dalam pengendalian harga.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Anton Supit melihat, pembenahan manajemen logistik secara komprehensif tidak dilakukan sehingga kejadiannya berulang setiap kali menjelang Lebaran.
Namun, menurut Bustanul, kondisi itu terjadi karena saat ini Indonesia dalam masa transisi menuju dominasi sektor swasta dalam pengelolaan kebutuhan pokok. Untuk itu, yang harus diwaspadai permainan para pelaku yang dulu menjadi partner dan dibesarkan oleh pemerintah.
”Ada kecenderungan perilaku yang mirip antara pemain beras, gula, dan minyak goreng. Dulu menjadi partner pemerintah, tetapi sekarang menyulitkan pemerintah,” katanya.
Informasi pasar lemah
Staf Khusus Presiden Bidang Pangan dan Energi Jusuf mengakui bahwa belum ada informasi pasar komoditas yang baik di setiap provinsi, seperti di tingkat produsen atau pasar tradisional. Dulu informasi ini disediakan oleh RRI. Sekarang informasi itu bisa dikembangkan melalui RRI dan TVRI.
Dengan adanya informasi pasar, konsumen bisa mengetahui tingkat harga komoditas di setiap daerah sehingga mereka punya standar. Sekarang hal itu sulit dilakukan. Akibatnya, berapa pun harga jual pedagang, akan dibeli oleh konsumen. Apalagi pada situasi menjelang hari besar keagamaan seperti ini.
Bustanul mengatakan, yang perlu dilakukan pemerintah adalah bagaimana mengelola psikologis dengan mengedepankan komunikasi yang baik melalui berbagai media. Kalau masyarakat yakin pasokan bagus, dampak psikologis tidak akan terlalu parah. (Tim Kompas)
Laporan dari sejumlah daerah, Minggu (15/7/2012), menunjukkan, kenaikan harga itu terus terjadi untuk sejumlah komoditas, terutama daging sapi, beras, gula, telur ayam, daging ayam, dan bawang putih.
”Harga daging sapi bukannya naik lagi, tetapi loncat. Baru setengah bulan harganya sudah naik lagi jadi Rp 80.000 per kilogram,” kata Sadam (55), pedagang sapi di Pasar Koja, Jakarta Utara, Minggu. Padahal, biasanya harga daging sapi sekitar Rp 70.000 per kg.
”Satu kilogram sapi dari pemasok itu sekarang isinya lebih banyak tulangnya dibandingkan dagingnya,” katanya.
Adi Ariantara, Kepala Biro Perekonomian DKI Jakarta, mengatakan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan membuat surat kepada pemerintah pusat untuk menambah impor daging. Ia meminta pedagang memberi tahu stok sehingga diketahui kebutuhan sebenarnya.
”Kenaikan harga sekarang ini sudah sangat memberatkan pemilik warung nasi dan pedagang kue jajanan,” ungkap Sumiati, pedagang nasi di Kabupaten Jember, Jawa Timur.
Ahmatun, yang membuka warung nasi pecel Simpang Tiga di Jalan Sungai Ampal, Balikpapan, Kalimantan Timur, juga memilih tidak menaikkan harga meski harga kebutuhan telah naik. ”Pelanggan sudah terbiasa dengan harga lama yang murah di sini. Jangan sampai mereka kaget, lalu pindah warung,” ujarnya.
Ramadhanul Hikmah (38), warga Putussibau, ibu kota Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, khawatir saat Ramadhan nanti harga barang kebutuhan pokok naik lagi karena biasanya juga seperti itu.
Di Kota Semarang, Jawa Tengah, kini harga beras medium Rp 8.100 per kg dari harga beberapa hari sebelumnya Rp 7.600 per kg. Di kota Jember, harga telur ayam saat ini mencapai Rp 19.000 per kg, padahal pada hari biasa harganya Rp 12.000-Rp 13.000 per kg. Sementara harga bawang putih sekitar Rp 14.000 per kg dari sebelumnya sekitar Rp 8.000 per kg.
Kondisi di atas tak beda jauh dari survei Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Survei itu menunjukkan, harga telur ayam naik dari Rp 16.000 menjadi Rp 19.000 per kg, harga gula pasir dari Rp 11.000 per kg jadi Rp 13.000 per kg, dan harga daging ayam dari Rp 26.000 per kg menjadi Rp 28.000 per kg.
Berdasarkan pantauan Kementerian Perdagangan per 10 Juli, harga rata-rata nasional untuk daging sapi tercatat Rp 75.332 per kg, daging ayam Rp 27.081 per kg, telur ayam Rp 18.301 per kg, gula pasir Rp 13.123 per kg, sementara cabai merah keriting Rp 28.387 per kg. Harga barang-barang tersebut naik Rp 1.000-Rp 3.000 per kg dibandingkan dengan harga pada awal Juni lalu.
Stok terjamin
Meski harganya naik, Kementerian Perdagangan menjamin pasokan kebutuhan pokok selama bulan puasa dan Lebaran aman. Kenaikan harga lebih disebabkan lonjakan permintaan yang mencapai 20 persen.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Gunaryo mengatakan, selama bulan puasa konsumsi bahan pokok naik hingga 20 persen. Akibatnya, kenaikan harga tak terelakkan. Meski terjadi kenaikan harga, pemerintah menjamin pasokan bahan pokok hingga Lebaran nanti aman.
Ia mengatakan, untuk menekan laju kenaikan harga bahan pokok, Kementerian Perdagangan telah meminta pemerintah daerah membentuk posko bahan pokok dan mengintensifkan pemantauan harga. Pemerintah juga berencana menggelar pasar murah di sejumlah lokasi.
Pengendalian
Pengamat pertanian Bustanul Arifin mengatakan, mengacu pada teori ekspektasi, ada harapan produsen dan pedagang bahwa menjelang Lebaran harga kebutuhan pokok akan naik karena konsumen akan membeli berapa pun harganya.
”Dua kekuatan yang punya kecenderungan sama berakumulasi, sudah pasti harga naik,” katanya. Meski pasokan cukup sekalipun, kalau terjadi interaksi seperti itu, harga sulit dikendalikan.
Oleh konsumen, seakan-akan pasokan dibuat langka sehingga mereka perlu menyetok barang kebutuhan. Karena yakin harga akan naik dan belanja barang lebih banyak, secara tidak langsung pedagang menyetok. Sayangnya, belum ada lembaga yang mau pasang badan untuk negara dalam pengendalian harga.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Anton Supit melihat, pembenahan manajemen logistik secara komprehensif tidak dilakukan sehingga kejadiannya berulang setiap kali menjelang Lebaran.
Namun, menurut Bustanul, kondisi itu terjadi karena saat ini Indonesia dalam masa transisi menuju dominasi sektor swasta dalam pengelolaan kebutuhan pokok. Untuk itu, yang harus diwaspadai permainan para pelaku yang dulu menjadi partner dan dibesarkan oleh pemerintah.
”Ada kecenderungan perilaku yang mirip antara pemain beras, gula, dan minyak goreng. Dulu menjadi partner pemerintah, tetapi sekarang menyulitkan pemerintah,” katanya.
Informasi pasar lemah
Staf Khusus Presiden Bidang Pangan dan Energi Jusuf mengakui bahwa belum ada informasi pasar komoditas yang baik di setiap provinsi, seperti di tingkat produsen atau pasar tradisional. Dulu informasi ini disediakan oleh RRI. Sekarang informasi itu bisa dikembangkan melalui RRI dan TVRI.
Dengan adanya informasi pasar, konsumen bisa mengetahui tingkat harga komoditas di setiap daerah sehingga mereka punya standar. Sekarang hal itu sulit dilakukan. Akibatnya, berapa pun harga jual pedagang, akan dibeli oleh konsumen. Apalagi pada situasi menjelang hari besar keagamaan seperti ini.
Bustanul mengatakan, yang perlu dilakukan pemerintah adalah bagaimana mengelola psikologis dengan mengedepankan komunikasi yang baik melalui berbagai media. Kalau masyarakat yakin pasokan bagus, dampak psikologis tidak akan terlalu parah. (Tim Kompas)
Sumber :
Kompas Cetak
Editor :
Erlangga Djumena
source : http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/07/16/08445264/Jelang.Lebaran.Harga.Kebutuhan.Pokok.Selalu.Melonjak
Posting Komentar untuk "Jelang Lebaran, Harga Kebutuhan Pokok Selalu Melonjak"