Di bulan Ramadhan, aktifitas sahur selama sebulan harus kita jalani. Saat sahur, makanan yang masuk ke dalam perut kita otomatis akan terasa penuh. Kita seperti sedang mengisi energi dengan berbagai makanan untuk bekal kita selama berpuasa. Biasanya efek dari rasa kenyang setelah sahur adalah mengantuk. Apalagi kita harus bangun di sepertiga malam untuk makan sahur. Tentu saja rasa kantuk itu masih tertinggal.
Hampir sebagian besar orang memilih tidur setelah sahur. Dengan harapan agar tidak mengantuk saat beraktifitas di pagi harinya. Namun sebaiknya, kebiasaan anda itu harus segera diubah. Karena ternyata tidur setelah makan sahur tidak baik untuk kesehatan anda. Ada baiknya ada mengatur pola tidur anda setelah makan sahur. Karena jeda antara imsak dan sholat Subuh hanya beberapa menit saja. Bila anda memutuskan untuk tidur, bisa dipastikan sholat Subuh anda akan terlambat, atau bahkan terlewat. Apalagi bagi anda yang harus bersiap-siap berangkat kerja setelah Subuh, bila anda tidur walau sebentar, efeknya adalah kepala anda akan terasa pusing dan tubuh justru menjadi lemas setelah bangun tidur.
Rasa kantuk yang sangat berat setelah santap sahur menyebabkan kita tak kuasa menahan rasa ingin tidur, dan kita pun kembali tidur. Saat kita bangun, terkadang kita merasakan perut seperti sebah (kembung). Hal ini disebabkan makanan yang kita makan saat sahur naik kembali atau berbalik arah. Bukan rasa kenyang yang didapat, justru rasa mual dan perut terasa tidak nyaman. Hal tersebut bisa menyebabkan naiknya asam lambung dalam perut.
Tahukah anda menurut ilmu kedokteran, tidur setelah makan dapat mengganggu kesehatan anda. Mengapa? Karena hal tersebut dapat mengganggu sistem pencernaan anda, terutama lambung yang masih belum selesai mengerjakan tugasnya untuk mengolah makanan yang masuk.
Menurut Dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH,MMB,FINASIM, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Penyakit Lambung dan Pencernaan, FKUI-RSCM, yang juga seorang Wakil Sekjen PAPDI (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia), setelah makan, makanan akan disimpan di dalam lambung. Ketika anda langsung tidur, maka makanan itu akan berbalik arah lagi ke atas. Kondisi ini disebut dengan Refluks Esofagus atau Esophageal Reflux, yaitu kembalinya makanan dari lambung ke dalam Esofagus (saluran yang mengangkut makanan dari mulut ke perut). Bila kondisi ini terjadi, maka makanan yang baru saja mencapai lambung akan berbalik arah menuju ke kerongkongan. Maka timbullah asam lambung yang terbawa oleh makanan tersebut. Akibatnya, kerongkongan akan terasa kering, panas dan terkadang menimbulkan rasa mual, mulas dan ingin muntah karena ada makanan yang berbalik arah. Setidaknya beri waktu lambung untuk mulai mencerna makanan, setidaknya lebih dari 1 jam setelah makan.
Bagi anda yang memiliki keluhan penyakit maag atau tungkak lambung, kebiasaan ini tentu akan semakin memperparah keluhan anda selama berpuasa. Dilansir dari MedicineNet.com, makanan di perut sebagian dicerna oleh asam lambung dan enzim. Biasanya, sebagian kandungan asam lambung disampaikan oleh otot perut ke dalam usus kecil untuk pencernaan lebih lanjut. Dalam kondisi refluks esophagus tersebut, kandungan asam mundur sampai ke kerongkongan, yang bisa saja mencapai saluran pernapasan. Hal tersebut dapat menyebabkan inflamasi (peradangan), kerusakan pada kerongkongan, paru-paru dan laring (kotak suara). Proses keseluruhan secara medis disebut Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). Sebesar 10% penderita GERD pengembangan Barret esofagus dapat meningkatkan risiko terkena kanker kerongkongan.
Masih menurut Dokter peraih ‘Young Clinician Award pada World Congress of Gastroenterology Bangkok 2002′ tersebut, makanan yang sukar dicerna adalah makanan yang terlalu berlemak, seperti keju dan makanan mengandung minyak. Makanan tersebut dalam jumlah banyak akan memerlukan waktu 2 jam untuk dicerna. Sedangkan nasi dengan sayur berkuah atau telur dan ikan rebus biasanya memerlukan waktu 1 jam untuk dicerna. Selama berpuasa, nutrisi yang paling diperlukan manusia secara garis besar adalah karbohidrat, protein, dan lemak.
Untuk santapan sahur, Dr. Ari menyarankan agar kita mengkonsumsi nasi, kentang, dan ubi sebagai sumber karbohidrat. Untuk protein, pilihlah daging, ikan, dan telur. Sedangkan untuk lemak dapat diperoleh dari minyak dan daging ayam negeri. Namun sebaiknya hindari makanan yang mengandung lemak berlebih karena sulit dicerna lambung. Demikian pula konsumsi susu. Bagi anda yang berusia di atas 30 tahun, sebaiknya memilih susu rendah lemak atau bahkan tanpa lemak. Konsumsi cairan yang dianjurkan adalah jus buah-buahan, seperti mangga atau jeruk, karena menyediakan vitamin dan mineral yang diperlukan tubuh. Sebaiknya jus buah tersebut tidak ditambahkan gula atau susu.
Rasa kantuk yang datang setelah kita makan sebenarnya kondisi yang wajar. Rasa kantuk tersebut disebabkan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh dari makanan yang kita konsumsi. Saat sahur kita tentu mengonsumsi nasi. Nasi mengandung glukosa yang dapat menghambat kerja sel-sel neuron. Akibatnya kita cenderung bermalas-malasan, mengantuk, dan ingin tidur.
Sebuah penelitian di Inggris, menemukan bahwa glukosa dapat menghentikan sinyal-sinyal aktif ke otak. Misalnya perintah agar mata tetap terjaga. Glukosa ternyata mampu menutup neuron-neuron penghasil protein mikro yang menjaga kesadaran tubuh manusia. Kadar glukosa dalam jumlah banyak di dalam tubuh bisa menyebabkan rasa kantuk yang hebat. Namun sebaiknya rasa kantuk ini tidak diikuti dengan tidur.
Menurut dr. Hilda Fitri, Ketua Tim Verifikator STR Dokter Umum, tidur setelah makan dapat mengakibatkan tubuh tidak akan mampu mencerna makanan dengan sempurna. Akibatnya zat-zat gizi juga tidak dapat terserap tubuh dengan baik. Fungsi makanan sebagai penghasil energi juga tidak mampu terlaksana. Kebiasaan tidur sesudah makan dalam jangka panjang dapat mengakibatkan terjadinya penumpukan lemak yang tidak proporsional. Kebiasaan ini juga diyakini memperberat kerja alat pencernaan kita sehingga menjadi salah satu penyebab tidur tidak nyenyak. Selain waktu dan kebiasaan yang memengaruhi seseorang untuk tidur setelah makan, pola makan dan kandungan zat gizi makanan juga dapat berpengaruh.
Dr. Ari merekomendasikan beberapa cara sehat pola tidur setelah sahur. Sebaiknya anda tidur 1-2 jam setelah makan. Bila anda sahur sekitar jam 3-an, jangan langsung tidur lagi. Jeda waktu tersebut bisa dimanfaatkan untuk menunggu sampai adzan subuh, yaitu sekitar jam 5. Setelah subuh itulah anda baru bisa tidur. Cara lain adalah sebaiknya saat akan tidur, tinggikanlah bantal anda. Bila anda tidur tanpa bantal, maka dikhawatirkan ada gaya gravitasi yang membuat makanan dari lambung berbalik arah ke kerongkongan.
Semoga kita bisa beribadah dengan sempurna selama bulan Ramadhan tanpa harus merasakan keluhan asam lambung diakibatkan kebiasaan kita yang sering langsung tidur setelah santap sahur. Hidup sehat itu bisa kita ciptakan asal kita bisa berkomitmen terhadap diri untuk memulai pola hidup sehat mulai saat ini. Bila anda memiliki keluhan asam lambung, tentu PROMAG adalah pilihan tepat untuk mengatasi keluhan anda tersebut. Komposisi Hydrotalcite, Magnesium Hidroksida dan Simethichone yang terdapat dalam PROMAG tak hanya mengobati sakit maag anda namun juga efektif untuk mencegah maag datang kembali.
Selamat menunaikan ibadah puasa.*********
*Sumber: dari berbagai media
source : http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2011/08/07/jangan-biasakan-tidur-setelah-sahur/
Posting Komentar untuk "Jangan Biasakan Tidur Setelah Sahur!"