Salah satu sifat yang dianugerahi Allah kepada manusia adalah kearifan (wisdom). Sifat inilah yang menyebabkan mereka dapat mencapai tingkat yang tertinggi di sisi Allah. Mereka diberi kemampuan untuk memilih dan memilah mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah. Sedangkan para malaikat hanya diberi satu sifat saja yaitu kepatuhan mutlak tanpa pilihan. Sungguh, beruntunglah manusia yang memiliki kearifan, sehingga mereka bisa mencapai kedudukan yang tinggi di sisi Allah, Sang Pencipta-Nya Yang Maha Agung.
Manusia yang arif selalu memilihi jalan tepat dalam setiap langkah yang ditempuhnya. Dia sangat paham banyak jalan berliku, dan hanya satu jalan yang lurus yaitu jalan yang ditempuh oleh para rasul, nabi dan wali-wali Allah. Salah seorang manusia yang arif itu adalah Nabi Sulaiman. Dialah raja yang terkenal arif dan adil dan memiliki kerajaan yang sangat luar biasa besar.
Suatu hari Nabi Sulaiman membawa tentaranya menempuh suatu lembah, tiba-tiba dia mendengar seekor semut memberi perintah kepada rekan-rekannya agar masuk ke sarang masing-masing supaya tidak terinjak oleh tentara Nabi Sulaiman. Ketika itu, Nabi Sulaiman langsung sadar bahwa dia sedang mendapat pelajaran dari Allah melalui seekor semut. Sedangkan semut saja bisa melindungi rakyatnya, apatah lagi dia sebagai seorang raja, nabi dan rasul, tentulah harus lebih arif lagi. Simaklah firman Allah dalam surat An-Naml ayat 17-19 yang artinya, “Dan untuk Sulaiman dikumpulkan bala tentaranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka berbaris dengan tertib. Hingga ketika mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut, “Wahai semut-semut! Masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari”. Maka dia (Sulaiman) tersenyum lalu tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa, “Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku ilham untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”. (An-Naml,17-19). Maha benar Allah dengan segala firman-Nya.
Kelebihan seorang pemimpin memanglah terletak di kearifannya. Sejak dari zaman dahulu sampai dengan saat ini masyarakat Riau tidak pernah kering dengan kearifan dan memiliki pemimpin-pemimpin yang arif. Mereka mampu menggerakan masyarakat untuk berlaku adil terhadap sesama dan arif terhadap lingkungan hidup. Dalam tunjuk ajar Melayu karya Tenas Effendy disebutkan, “adat hidup orang beriman, tahu menjaga laut dan hutan, tebasnya tidak menghabiskan, tebangnya tidak memusnahkan. Adat hidup memegang amanah, tahu menjaga hutan dan tanah, berladang tidak merusak hutan, berkebun tidak merusak dusun. Kalau hidup hendak selamat, peliharalah laut beserta selat. Di situ terkandung rezeki dan rahmat, di situ terkandung aneka nikmat. Apa tanda hidup beriman, tahu menjaga kampung halaman, apa tanda hidup beilmu, memelihara alam ianya tahu”. (Tenas Effendy, 2004).
Sebentar lagi Riau insya Allah akan menjadi tuan rumah suatu pertemuan akbar yang siebut workshop Internasional, Selatan-selatan. Inilah momentum yang paling tepat bagi Riau untuk menunjukkan kepada masyarakat dunia bahwa masyarakat Riau adalah orang-orang yang peduli terhadap lingkungan hidup. Berbagai kearifan lokal masih hidup dan tumbuh dengan subur di bumi lancang kuning. Walaupun Indonesia maupun Riau sering diterpa oleh berbagai isu-isu negatif tentang lingkungan hidup, namun bagi masyarakat Riau, tetap punya semangat dan upaya yang tinggi untuk menjaga dan melestarikan lingkungan hidup.
Kita memang sangat paham bahwa untuk mencapai pembangunan nasional yang berkelanjutan demi kesejahteraan rakyat itu tidaklah mudah. Selama ini pembangunan nasional maupun pembangunan daerah sering bertumpu kepada pemanfaatan sumberdaya alam secara besar-besaran, seperti memanfaatkan minyak dan gas bumi yang bersifat unrenewable resource, batubara, dan lain sebagainya serta pemanfaatan hutan dan hasil hutan, termasuk pembangunan di bidang perkebunan dan hutan tamanan industri. Namun kita juga punya kearifan untuk menjaga kelestarian hutan dan lingkungan hidup tersebut dengan menetapkan hutan lindung dan hutan cagar biosfer (biosphere) seperti yang terdapat di Giam Siak Kecil di Kabupaten Siak dan Bengkalis. Selain itu masyarakat Riau juga memiliki kearifan lokal yang sangat banyak dan beragam dengan membuat dan menetapkan hutan larangan secara adat seperti yang ditemukan di Desa Bulu Cina di Kabupaten Kampar.
Di Pangkalan Indarung, Kabupaten Kuantan Singingi kita juga bisa menemukan hutan kawasan suaka marga satwa Bukit Rimbang Baling yang sebenarnya selain bisa menjadi aset daerah, juga bisa menjadi aset nasional maupun internasional. Mereka juga memiliki kearifan dengan menetapkan kawasan lubuk larangan di Sungai yang mengalir di depan desa tersebut. Selama lebih kurang setahun mereka tidak akan menangkap ikan di desa itu sebelum sampai waktu yang telah ditetapkan secara bersama oleh pemuka adat masyarakat setempat.
Usaha budidaya perikanan yang dilakukan secara besar-besara di Provinsi Riau pada saat ini dan pada masa yang akan datang merupakan salah satu upaya kita untuk menjaga dan melestarian lingkungan hidup. Kita tidak ingin mendapatkan hasil perikanan hanya bertumpu kepada hasil penangkapan ikan semata yang semakin hari semakin menurun potensi lestarinya. Karena itu usaha budidaya perikanan di kolam maupun di keramba jaring apung di sungai dan di danau dan waduk merupakan salah satu pilihan yang tepat.
Dalam usaha perkebunan kita juga sangat mendorong keterpaduan dengan usaha peternakan seperti peternakan sapi, kerbau dan kambing, sehingga dari limbah sawit seperti pelepah dan tandan kosong dapat digunakan sebagai pakan ternak sedangkan kotoran ternak dapat dipergunakan sebagai pupuk organik yang sangat bermanfaat bukan saja untuk memperbaiki tekstur tanah juga untuk menyuburkan kembali lahan yang sudah terkuras unsur haranya oleh tanaman perkebunan tersebut.
Dengan cara demikian diharapkan lahan akan tetap terjaga tingkat kesuburannya pada saat usaha perkebunan telah berakhir. Kita sama sekali tidak ingin lahan kita akan menjadi gersang dan kering kerontang pada saat usaha perkebunan sudah tidak memungkinkan lagi untuk dikembangkan ketika unsur haranya sudah habis.
Pada saat ini kita juga sedang mengusahakan pemanfaatkan limbah cair sawit untuk memelihara micro algae. Mikro algae adalah merupakan tanaman air bersel tunggal yang hidup di dalam air, baik air tawar, payau ataupun air laut yang kaya dengan unsur hara, sehingga bisa menghasilkan lebih kurang 10 ton berat kering biomass per hektar.
Micro algae ini selain mengandung protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral, dia juga bisa menormalkan kembali air yang tercemar polusi organik. Karena itu sangat cocok dipakai dalam industri bahan organik seperti industri pengolah kelapa sawit. Pada saat ini tidak kurang dari 150 pabrik pengolahan kelapa sawit terdapat di Riau. Pada umumnya mereka menghasilkan limbah cair yang masih kaya dengan COD di buang ke sungai, sehingga dapat mencemari lingkungan perairan.
Dengan mengembangkan teknologi produksi dan pengolahan mikro algae ini diharapkan selain dapat menghasilkan biomass micro algae yang berguna bagi berbagai industri makanan, kosmetika, pakan ternak dan lain sebagainya juga sekaligus berfungsi mencegah pencemaran lingkungan perairan dari limbah industri bahan organik tersebut. Mudah-mudahan dengan informasi yang lengkap terhadap kearifan lokal ini diharap workshop Internasional yang diadakan di Provinsi Riau akan dapat lebih meyakiini masyarakat dunia bahwa Riau punya komitmen yang kuat dalam menjaga dan melestarikan lingkungan hidup. Amin.***
sumber
Manusia yang arif selalu memilihi jalan tepat dalam setiap langkah yang ditempuhnya. Dia sangat paham banyak jalan berliku, dan hanya satu jalan yang lurus yaitu jalan yang ditempuh oleh para rasul, nabi dan wali-wali Allah. Salah seorang manusia yang arif itu adalah Nabi Sulaiman. Dialah raja yang terkenal arif dan adil dan memiliki kerajaan yang sangat luar biasa besar.
Suatu hari Nabi Sulaiman membawa tentaranya menempuh suatu lembah, tiba-tiba dia mendengar seekor semut memberi perintah kepada rekan-rekannya agar masuk ke sarang masing-masing supaya tidak terinjak oleh tentara Nabi Sulaiman. Ketika itu, Nabi Sulaiman langsung sadar bahwa dia sedang mendapat pelajaran dari Allah melalui seekor semut. Sedangkan semut saja bisa melindungi rakyatnya, apatah lagi dia sebagai seorang raja, nabi dan rasul, tentulah harus lebih arif lagi. Simaklah firman Allah dalam surat An-Naml ayat 17-19 yang artinya, “Dan untuk Sulaiman dikumpulkan bala tentaranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka berbaris dengan tertib. Hingga ketika mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut, “Wahai semut-semut! Masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari”. Maka dia (Sulaiman) tersenyum lalu tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa, “Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku ilham untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”. (An-Naml,17-19). Maha benar Allah dengan segala firman-Nya.
Kelebihan seorang pemimpin memanglah terletak di kearifannya. Sejak dari zaman dahulu sampai dengan saat ini masyarakat Riau tidak pernah kering dengan kearifan dan memiliki pemimpin-pemimpin yang arif. Mereka mampu menggerakan masyarakat untuk berlaku adil terhadap sesama dan arif terhadap lingkungan hidup. Dalam tunjuk ajar Melayu karya Tenas Effendy disebutkan, “adat hidup orang beriman, tahu menjaga laut dan hutan, tebasnya tidak menghabiskan, tebangnya tidak memusnahkan. Adat hidup memegang amanah, tahu menjaga hutan dan tanah, berladang tidak merusak hutan, berkebun tidak merusak dusun. Kalau hidup hendak selamat, peliharalah laut beserta selat. Di situ terkandung rezeki dan rahmat, di situ terkandung aneka nikmat. Apa tanda hidup beriman, tahu menjaga kampung halaman, apa tanda hidup beilmu, memelihara alam ianya tahu”. (Tenas Effendy, 2004).
Sebentar lagi Riau insya Allah akan menjadi tuan rumah suatu pertemuan akbar yang siebut workshop Internasional, Selatan-selatan. Inilah momentum yang paling tepat bagi Riau untuk menunjukkan kepada masyarakat dunia bahwa masyarakat Riau adalah orang-orang yang peduli terhadap lingkungan hidup. Berbagai kearifan lokal masih hidup dan tumbuh dengan subur di bumi lancang kuning. Walaupun Indonesia maupun Riau sering diterpa oleh berbagai isu-isu negatif tentang lingkungan hidup, namun bagi masyarakat Riau, tetap punya semangat dan upaya yang tinggi untuk menjaga dan melestarikan lingkungan hidup.
Kita memang sangat paham bahwa untuk mencapai pembangunan nasional yang berkelanjutan demi kesejahteraan rakyat itu tidaklah mudah. Selama ini pembangunan nasional maupun pembangunan daerah sering bertumpu kepada pemanfaatan sumberdaya alam secara besar-besaran, seperti memanfaatkan minyak dan gas bumi yang bersifat unrenewable resource, batubara, dan lain sebagainya serta pemanfaatan hutan dan hasil hutan, termasuk pembangunan di bidang perkebunan dan hutan tamanan industri. Namun kita juga punya kearifan untuk menjaga kelestarian hutan dan lingkungan hidup tersebut dengan menetapkan hutan lindung dan hutan cagar biosfer (biosphere) seperti yang terdapat di Giam Siak Kecil di Kabupaten Siak dan Bengkalis. Selain itu masyarakat Riau juga memiliki kearifan lokal yang sangat banyak dan beragam dengan membuat dan menetapkan hutan larangan secara adat seperti yang ditemukan di Desa Bulu Cina di Kabupaten Kampar.
Di Pangkalan Indarung, Kabupaten Kuantan Singingi kita juga bisa menemukan hutan kawasan suaka marga satwa Bukit Rimbang Baling yang sebenarnya selain bisa menjadi aset daerah, juga bisa menjadi aset nasional maupun internasional. Mereka juga memiliki kearifan dengan menetapkan kawasan lubuk larangan di Sungai yang mengalir di depan desa tersebut. Selama lebih kurang setahun mereka tidak akan menangkap ikan di desa itu sebelum sampai waktu yang telah ditetapkan secara bersama oleh pemuka adat masyarakat setempat.
Usaha budidaya perikanan yang dilakukan secara besar-besara di Provinsi Riau pada saat ini dan pada masa yang akan datang merupakan salah satu upaya kita untuk menjaga dan melestarian lingkungan hidup. Kita tidak ingin mendapatkan hasil perikanan hanya bertumpu kepada hasil penangkapan ikan semata yang semakin hari semakin menurun potensi lestarinya. Karena itu usaha budidaya perikanan di kolam maupun di keramba jaring apung di sungai dan di danau dan waduk merupakan salah satu pilihan yang tepat.
Dalam usaha perkebunan kita juga sangat mendorong keterpaduan dengan usaha peternakan seperti peternakan sapi, kerbau dan kambing, sehingga dari limbah sawit seperti pelepah dan tandan kosong dapat digunakan sebagai pakan ternak sedangkan kotoran ternak dapat dipergunakan sebagai pupuk organik yang sangat bermanfaat bukan saja untuk memperbaiki tekstur tanah juga untuk menyuburkan kembali lahan yang sudah terkuras unsur haranya oleh tanaman perkebunan tersebut.
Dengan cara demikian diharapkan lahan akan tetap terjaga tingkat kesuburannya pada saat usaha perkebunan telah berakhir. Kita sama sekali tidak ingin lahan kita akan menjadi gersang dan kering kerontang pada saat usaha perkebunan sudah tidak memungkinkan lagi untuk dikembangkan ketika unsur haranya sudah habis.
Pada saat ini kita juga sedang mengusahakan pemanfaatkan limbah cair sawit untuk memelihara micro algae. Mikro algae adalah merupakan tanaman air bersel tunggal yang hidup di dalam air, baik air tawar, payau ataupun air laut yang kaya dengan unsur hara, sehingga bisa menghasilkan lebih kurang 10 ton berat kering biomass per hektar.
Micro algae ini selain mengandung protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral, dia juga bisa menormalkan kembali air yang tercemar polusi organik. Karena itu sangat cocok dipakai dalam industri bahan organik seperti industri pengolah kelapa sawit. Pada saat ini tidak kurang dari 150 pabrik pengolahan kelapa sawit terdapat di Riau. Pada umumnya mereka menghasilkan limbah cair yang masih kaya dengan COD di buang ke sungai, sehingga dapat mencemari lingkungan perairan.
Dengan mengembangkan teknologi produksi dan pengolahan mikro algae ini diharapkan selain dapat menghasilkan biomass micro algae yang berguna bagi berbagai industri makanan, kosmetika, pakan ternak dan lain sebagainya juga sekaligus berfungsi mencegah pencemaran lingkungan perairan dari limbah industri bahan organik tersebut. Mudah-mudahan dengan informasi yang lengkap terhadap kearifan lokal ini diharap workshop Internasional yang diadakan di Provinsi Riau akan dapat lebih meyakiini masyarakat dunia bahwa Riau punya komitmen yang kuat dalam menjaga dan melestarikan lingkungan hidup. Amin.***
sumber
Posting Komentar untuk "Kearifan (Wisdom)"